Kamis, 08 Desember 2011

resensi adh-dhaifah


BAB I
PENGANTAR

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Hadis kian hari makin melesat, terukur dari makin ramainya karangan-karangan Ulama yang berkisar tentang permasalahan-permasalahan dunia Hadis. Hal tersebut menjadi sebuah trend positif ulama kala itu, dengan modal semangat membara dan kehausan akan ilmu pengetahuan.
 Memanfaatkan usia sehat dan karunia waktu yang Allah berikan dengan mempelajari ilmu-ilmu syariat yang bersumber dari manusia terbaik dengan kesungguhan dan totalitas merupakan aktivitas yang utama. Adalah Abu> ‘Abdirrah}man Muh}ammad Nas}iruddin al-Alba>ni>, seorang imam yang telah mencuplik secercah cahaya yang mengoreksi kembali hadis-hadis d}a’if yang berkembang di mayarakat kemudian beliau kumpulkan di dalam kitabnya Silsilah al-Ahadis\ ad}-D{a’ifah

B.     Rumusan Masalah
1.      Siapa Alba>ni>?
2.      Seperti apa kitab Silsilah al-Ahadis\ ad}-D{a’ifah ?






BAB II
PEMBAHASAN

A.                BIOGRAFI ALBA<NI<[1]
Nama asli beliau Abu> ‘Abdirrah}man Muh}ammad Nas}iruddin bin al-Haj Nuh al-Alba>ni> (lahir di Shkoder, Alba>ni>a; 1914 / 1333 H) adalah salah seorang ulama Islam di era modern yang dikenal sebagai ahli hadis. beliau dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya lantaran ketekunan dan keseriusan mereka terhadap ilmu, khususnya ilmu agama. Ayah al-Alba>ni>, yaitu al-Haj Nuh, adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syariat di ibu kota negara Turki Usmani (yang kini menjadi Istanbul). beliau wafat malam Sabtu, meninggal di Yordania; 1 Oktober 1999 / 21 Juma>dil Akhi>r 1420 H; pada umur 84–85 tahun

B.                 PENDIDIKAN & GURU

a.       Pendidikan
Ketika Raja Ahmet Zogu naik tahta di Alba>nia dan mengubah sistem pemerintahan menjadi pemerintah sekuler, Syeikh Nuh amat mengkhawatirkan dirinya dan keluarganya. Akhirnya, ia memutuskan untuk berhijrah ke Syam (Suriah, Yordania dan Lebanon sekarang). Ia sekeluarga pun menuju Damaskus.
Setiba di Damaskus, Syeikh al-Alba>ni> kecil mulai aktif mempelajari Bahasa Arab. Ia masuk madrasah yang dikelola Jum'iyah al-Is'a>f al-Khairiyah hingga kelas terakhir tingkat Ibtida'iyah. Selanjutnya, ia meneruskan belajarnya langsung kepada para syeikh ulama. Ia mempelajari al-Qur'an dari ayahnya sampai selesai, selain mempelajari pula sebagian fiqih maz\hab, yakni maz\hab Hanafi, dari ayahnya.
Syeikh al-Alba>ni> juga mempelajari ketrampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul, sehingga ia menjadi seorang ahli yang mahsyur. Ketrampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencariannya.
Pada umur dua puluh tahun, al-Alba>ni> mulai mengonsentrasikan diri pada ilmu hadis lantaran terkesan dengan pembahasan-pembahasan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab berjudul al-Mughni 'an Hamli al-Asfa>r fi Takhri>j ma> fi> al-Is}a>bah min al-Akhba>r, sebuah kitab karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadis-hadis yang terdapat pada Ihya' Ulu>muddin karangan Imam Al-Ghazali. Kegiatan Syeikh Al-Alba>ni> dalam bidang hadis ini ditentang oleh ayahnya yang berkomentar, "Sesungguhnya ilmu hadis adalah pekerjaan orang-orang pailit."
Namun, Syeikh al-Alba>ni> justru semakin menekuni dunia hadis. Pada perkembangan berikutnya, Syeikh al-Alba>ni> tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab. Karenanya, ia memanfaatkan Perpustakaan az}-Z}a>hiriyah di sana (Damaskus), di samping juga meminjam buku dari beberapa perpustakaan khusus. Karena sibuknya, ia sampai-sampai menutup kios reparasi jamnya. Ia tidak pernah beristirahat menelaah kitab-kitab hadis, kecuali jika waktu salat tiba.
Akhirnya, kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuknya. Bahkan kemudian ia diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, ia menjadi leluasa dan terbiasa datang sebelum pengunjung lain datang. Begitu pula, ketika orang lain pulang pada waktu salat dhuhur, ia justru pulang setelah salat isya. Hal ini dijalaninya sampai bertahun-tahun.
Al-jami’ah Al-Islamiyyah di Madinah Al-munawwarah memilihnya sebagai pengajar materi hadis, ilmu dan fiqih di perguruan tinggi tersebut. Ia bertugas selama 3 tahun dari 1381 H sampai 1384 H. Pada tahun 1395 H sampai 1397 H pengurus Al-Jami’ah mengangkatnya sebagai salah satu anggota majelis tinggi Al-Jami’ah. Saat berada disana ia menjadi tokoh panutan dalam kesungguhan dan keikhlasan. Dan pada tanggal 14 Dzulqa’idah 1419 H ia mendapatkan sebuah penghargaan dari kerajaan Arab Saudi berupa Piagam king Faisal
Syeikh al-Albani pernah dipenjara dua kali. Kali pertama selama satu bulan dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena gigihnya ia mendakwahkan sunnah, memurnikan ajaran agama Islam, dan memerangi bid'ah, sehingga orang-orang yang tidak menyukainya dan bahkan menebarkan fitnah.

b.      Guru[2]
*        Syaikh Al-Alba>ni> pernah belajar beberapa ilmu alat dari ayahnya, seperti ilmu s}araf. Beliau juga belajar darinya beberapa kitab maz\hab Hanafi, seperti Mukhtas}ar Al-Qadu>ri>. Darinya juga beliau belajar Al-Qur’an dan pernah menghatamkan riwayat Hafs} beserta tajwidnya.
*        Beliau pun pernah belajar dari Syaikh Sa’id Al-Burhani kitab Maraqi Al-Fala>h, sebuah kitab yang bermaz\hab Hana>fi, dan kitab Syuz\u>ruz\ Z|ahab di cabang ilmu nahwu serta beberapa kitab balaghah
*        Beliau juga pernah menghadiri seminar-seminar Al-Allamah Muhammad Bahjat Al-Baithar bersama beberapa ustadz dari Al Majma Al-Islami Damaskus, diantaranya :
*        Izzudin At-Tanukhi, Waktu itu mereka belajar kitab Al-Hamasah syairnya Abu Tammam.
*        Di akhir hayatnya, beliau sempat bertemu dengan Syaikh Muhammad Raghib Ath-Thabbakh. Beliau pun menyatakan takjub dengan Syaikh Al-Alba>ni>, dan menghadiahkan kepada beliau kitab Al-Anwa>r Al-Ja>liyah Fi> Mukhtas}ar Al-As\bat Al-Hanba>liyah.

C.                 KARYA[3]
Karya Syeikh al-Alba>ni> amat banyak, di antaranya ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa naskah, dan ada yang hilang. Semua berjumlah 218 judul, dan diantara karyanya:
1.      ‘Ada>buz Zifaaf fi> as-Sunnah Mut}aharrah
2.      Ahka>mu al Jana>iz
3.      Irwa>ul Ghalil fi> Takhri>j Aha>dis\ Mana>ris Sabi>l – karangan 8 jilid
4.      Tama>mul Minnah fi Ta’liq ‘Ala> Fiqh Sunnah
5.      Silsilah Aha>dis\ As}-S}ahi>hah wa syai-un min fiqiha wa fawa>iduha>
6.      Silsilah Aha>dis\ Ad}-D{a’i>fah wal Maudhu>’ah wa As\a>ruha As-Sayyi’ fil Ummah
7.      S}ifat s}ala>t Nabi s}alallahu’alaihi wasallam minat Takbi>r ilat Tasli>m kaannaka tara>ha
8.      S}ahih At-Targi>b wat Tarhi>b
9.      D{a’i>f At-Targi>b wat Tarhi>b
10.  Fitnatut Takfi>r
11.  Jilba>b Al-Mar’atul muslimah
12.  Qis}s}ah Al-Masi>h Ad-Dajja>l wa Nuzu>l Isa ‘alaihis sallam wa qatluhu iyyahu fi a>khiriz Zama>n

D.                PANDANGAN ULAMA’ [4]

1.      Syaikh Muhammad bin Ibrahim a>lisy Syaikh berkata: “Ia adalah ulama ahli sunnah yang senantiasa membela Al-Haq dan menyerang ahli kebatilan.”
2.      Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Aku belum pernah melihat di kolong langit pada saat ini orang yang alim dalam ilmu hadis seperti Al-Allamah Muh}ammad Nas}iruddin Al-Alba>ni>.” Saat ditanya tentang hadis Rasulullah shallahu’alaihi wasallam, “Sesungguhnya Allah akan membangkitkan dari umat ini setiap awal seratus tahun seorang mujaddid yang akan mengembalikan kemurnian agama ini.” Ia ditanya siapakah mujaddid abad ini, ia menjawab, “Syaikh Muh}ammad Nas}iruddin Al-Alba>ni>, ialah mujaddid abad ini dalam pandanganku, wallahu’alam.”
3.      Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Ia adalah alim yang memilki ilmu yang sangat luas dalam bidang hadis baik dari sisi riwayat maupun dirayat, seorang ulama yang memilki penelitian yang dalam dan hujjah yang kuat.”

Namun diantara ulama’ yang memuji tidak sedikit dari kalangan ulama’ juga mengkritik beliau yang langsung dituangkan berbentuk tulisan karena metode penelitan hadis beliau yang berbeda. Berikut beberapa buku tersebut:[5]
*        Muhaddis\ besar India, Habibur Rahman al-’Az}mi yang menulis “Alba>ni> Syuz\u>z\uhu wa Akht}a>-uhu” (Alba>ni>, penyimpangan dan kesalahannya) dalam 4 jilid.
*        Dahhan Abu Salman yang menulis “al-Wahmu wat}-T{akhli>t} ‘indal-Alba>ni> fil Bai’ bit Taqs}i>t” (Keraguan dan kekeliruan Alba>ni> dalam jual beli secara angsuran).
*        Muhaddis\  besar Maghribi, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin as-S{iddi>q al-Ghumari yang menulis “Irga>m al-Mubtadi’` ‘al ga>bi> bi jawa>zit tawas}s{ul bin Nabi fir radd ‘ala> al-Alba>ni> al-Waha>bi”; “al-Qawl al-Muqni` fil radd ‘ala> al-Alba>ni> al-Mubtadi`”; “Itqa>n as-Sun`a fi Tah}qi>q ma’na> al-bid`a”.
*        Muhaddis\  Maghribi, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin as-S{iddi>q al-Ghumari yang menulis “Baya>n Nakt} an-Nakit} al-Mu’tadi”.
*        Ulama Yaman, ‘Ali bin Muhammad bin Yahya al-’Alawi yang menulis “Hida>yatul-Mutakhabbitin Naqd Muhammad Nasir al-Din”.
*        Muhaddis\  besar Syria, Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah yang menulis “Radd ‘ala> Aba>t}il wal iftira’at Nasir al-Alba>ni> wa s}a>hibihi sa>biqan Zuhayr al-Syawish wa mu’azirihima” (Penolakan terhadap kebatilan dan pemalsuan Nasir al-Alba>ni> dan sahabatnya Zuhayr al-Syawish serta pendukung keduanya).
*        Muhaddis\  Syria, Syaikh Muhammad ‘Awwama yang menulis Ada>b al-Ikhtila>f” dan “As\ar al-hadis\ asy-syari>f fi ikhtila>f al-a-immat al-fuqaha’”.
*        Muhaddis\  Mesir, Syaikh Mahmud Sa`id Mamduh yang menulis “Tanbi.h al-Muslim ila> Ta`addi al-Alba>ni> ‘ala Shahih Muslim” (Peringatan kepada Muslimin terkait serangan al-Alba>ni> ke atas Shahih Muslim) dan “at-Ta’ri>f bil awham man farraqa as-Sunan ila s}ahih wad-d}o’`if” (Penjelasan terhadap kekeliruan orang yang memisahkan kitab-kitab sunan kepada shohih dan dho`if).
*        Muhaddis\  Arab Saudi, Syaikh Ismail bin Muhammad al-Ans}ari yang menulis “Ta`aqqubaat ‘ala silsilat al-ahadis adh-dha`ifa wal maud}u`a lil-Alba>ni>” (Kritikan atas buku al-Alba>ni> “Silsilat al-ahadis adh-dha`ifa wal maudhu`a”); “Tas}hih S>{ala>t at-Tara>wih ‘Isyri>na rak`ataan war radd ‘ala al-Alba>ni> fi tad}’`ifih” (Kesahihan tarawih 20 rakaat dan penolakan terhadap al-Alba>ni> yang mendhaifkannya); “Naqd ta’liqa>t al-Alba>ni> ‘ala Syarh at-Tahawi” (Sanggahan terhadap al-Alba>ni> atas ta’liqatnya pada Syarah at-Tahawi”.
*        Ulama Syria, Syaikh Badruddin Hasan Diaab yang menulis “Anwa>r al-Mas}a>bih ‘ala z{ulu>ma>til Alba>ni> fi s}alatit Tara>wih”.
Akan tetapi ada buku yang judunya "Koreksi ulang Syaikh Alba>ni>", penulisnya: Abdul Basith bin Yusuf Al-Gharib, penerbit: pustaka Azzam. Di dalamnya dibahas status hadis-hadis yang sebelumnya dikomentari oleh Syaikh Alba>ni> tetapi kemudian dikoreksi kembali oleh beliau sendiri: hadis yang tadinya did}a’i>fkan, kemudian dis}ahi>>hkan, hadis yang tadinya dis}ahi>>hkan, kemudian did}a’i>fkan, hadis yang tadinya tidak dikomentari, lalu dis}ahi>>hkan atau did}a’i>fkan, hanya penyusun belum menemukan hadis apa saja yang beliau koreksi ulang, apakah termasuk yang dipertentangkan?!

E.                 RESENSI KITAB SILSILATU AHADIS AD-DA’IFAH

a.                   Sekilas tentang Silisilah al-Ah{a>dis\ ad}-D{a'ifah [6]
Judul asli kitab ini adalah Silisilah al-Ah{a>dis\ ad}-D{a'ifah wal maud}u'ah wa As\a>ruha as-Sayyi’ fi>l Ummah (سلسلة احاديث لضعيفة و اثرها السيئ في الامة) . Kitab ini kalau secara lengkap ada 4 buku dan masing-masing buku memuat sekitar 500 sampai 1500 h{adis\ d{ai>f dan maud}u'  yang jumlah keseluruhnya 5500 h{adis\ d{ai>f dan maud}u'
Namun penyusun belum menemukan kitab yang dimaksud dan tidak menemukan kapan dan di mana kitab tersebut dicetak, yang penyusun temukan di Maktabah Syamilah mempunyai 11 jilid dengan penyusun yang tidak diketahui, dan yang penyusun temukan di Maktabah Kubrah berjilid 14 yang masing-masing jilidnya memuat 500-662 hadis.
Dalam muqaddimah edisi baru ini Albani mengatakan kitab ini tersusun karena terinspirasi oleh madzhab Syafi’I yang berubah yang lebih dikenal dengan qaulun jaded dan qadim.
Sebagaimana imam Syafi’I yang mengubah sebagian pendapatnya di edisi baru ini Albani juga mengubah status beberapa hadis dari d{ai>f  jiddan menjadi d{ai>f, begitu sebaliknya, dari d{ai>f  ke hasan, dan dari d{ai>f  ke s{ah}ih}, juga terinspirasi oleh kritikan yang pernah ditujukan kepadanya
Edisi baru ini dicetak untuk pertama kalinya pada tahun 1992 oleh maktabah Ma’a>rif dan memuat 7162 hadis, juga dijelaskan bahwa Albani telah menyusun hadis d{ai>f mulai dari usia 9 tahun yang dimuat di majalah at-Tamaddun al-Islami(التمدن الاسلامي)

b.                  Metode penyusunan
Sebelum menjelaskan lebih lanjut bahwa yang penyusun tulis pada bagian metode penyusunan ini adalah metode penyusunan edisi baru yang penyusunan yakini tidak ada perbedaan yang mencolok sebab dalam muqaddimahnya penambahan jumlahnya
Penyusunan buku ini bisa dikatakan masih tidak teratur, sebab metode penyusunanya menurut nomor hadis, akan tetapi pada daftar isinya untuk memudahkan muallif menyediakan kategori tema, lafadz hadis dan perawi, yang tentunya menurut nomor hadis.
Setelah menyebutkan matan hadis Albani menyebutkan tempat hadis tersebut berada, dan ada yang tidak mempunyai marja’ ini di karenakan Albani tidak hanya meneliti kitab-kitab tetapi juga memperhatikan keadaan masyarakat sekitar. Tidak ada catatan pasti mengenai buku apa saja yang dikoreksi Albani, tapi buku Silsilah ahadis d{a’i<fah yang disusun kembali menurut bab fiqhi oleh Abu> ‘Ubaidah Masyhur bin Hasan menyebutkan ada sekitar 70+ kitab yang dikoreksi kembali Albani.   
Beliau juga menjelaskan letak ked{a’ifannya di syarah dengan menyebutkan pendapat ulama’ mengenai hadis yang tersebut, jikalau terjadi perbedaan pendapat ‘Ulama’ Albani pada akhir kutipan Ulama’ mencantumkan kesimpulan atau pendapatnya disertai alasannya.

c.       Kelebihan dan kekurangan

1.      Kelebihan
*        Dijelaskan letak ked{a’i>fannya
*        Mencantumkan pendapat ulama’
*        Memberikan kesimpulan sebagai penyelesaian perbedaan pendapat ulama’
*        Pada daftar isi disediakan ketegori tema, lafadz dan perawi

2.      Kekurangan
*        Tidak menyebutkan sanad secara lengkap
*        Susunan yang belum tertata rapi
BAB III
PENUTUP

a.       Kesimpulan
Hasil penelusuran terhadap sosok Albani dan karyanya Silsilah ad{-D{a’i>fah, menghasilkan kesimpulan beberapa poin berupa :
Nama asli beliau Abu> ‘Abdirrah}man Muh}ammad Nas}iruddin bin al-Haj Nuh al-Alba>ni> (lahir di Shkoder, Alba>ni>a; 1914 / 1333 H). Beliau wafat malam Sabtu, meninggal di Yordania; 1 Oktober 1999 / 21 Juma>dil Akhi>r 1420 H; pada umur 84–85 tahun
di Damaskus, Syeikh al-Alba>ni> kecil mulai aktif mempelajari Bahasa Arab.  Ia mempelajari al-Qur'an dari ayahnya sampai selesai, selain mempelajari pula sebagian fiqih maz\hab, yakni maz\hab Hanafi, dari ayahnya.
Syeikh al-Alba>ni> juga mempelajari ketrampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul, sehingga ia menjadi seorang ahli yang mahsyur.

b.      Kritik dan saran
Makalah ini masih sangat jauh dari sempurna oleh karenanya penyusun sangat mengharapkan partisipasi kritik dan saran yang membangun.



DAFTAR PUSTAKA
Albani, Silisilah al-Ah{a>dis\ ad}-D{a'ifah wal maud}u'ah wa As\a>ruha as-Sayyi’ fi>l Ummah, (Riyad} : Da>r ma’a>rif).
Dikutip di Tanbihun.com, mengenal Albani.
Dikutip di Wikipedia.com, Muhammad Nashiruddin al-Albani.



[1] Wikipedia.com, Muhammad Nashiruddin al-Albani. Dikutip pada tanggal 22/11/11
[2] Tanbihun.com, mengenal Albani. Dikutip pada tangga 22/11/11
[3] Op.cit, Wikipedia.com
[4] Ibid
[5] Op.cit, Tanbihun.com
[6] Albani, Silisilah al-Ah{a>dis\ ad}-D{a'ifah wal maud}u'ah wa As\a>ruha as-Sayyi’ fi>l Ummah, (Riyad} : Da>r ma’a>rif) juz 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar